Solo Hiking Cikuray Via Tapak Geurot.
Perjalanan saya kemarin bisa dibilang diluar ekspektasi, dari Karawang, saya sudah ketinggalan kereta menuju Bandung. Karena harus ke Bandung dulu ada urusan pekerjaan, kemudian naik bus dari Terminal Klari sehingga terlambat sampai di Bandung, setelah selesai urusan saya di Bandung, saya melanjutkan perjalanan menuju Garut dengan mobil Elf dari Bunderan Cibiru dengan tujuan alun-alun Cikajang, ternyata pas di Terminal Guntur, elf tersebut mengoper muatannya ke sebuah angkot, alhasil penumpang sebanyak 6 orang harus pindah ke angkot. Katanya angkot tersebut sudah dibayar, ternyata kami diminta ongkos lagi per orang 5 ribu, terkecuali saya yang harus membayar 20 ribu, karena dengan tujuan paling jauh, singkatnya saya sampai di alun-alun Cikajang, dilanjutkan dengan ojeg menuju basacamp Tapak Geurot dengan ongkos 15 ribu.
Sesampai di basecamp sekitar pukul 00:30, saya disambut Kang Abdul yang sejak dari Bandung saya hubungi beliau, Kang Abdul merupakan kenalan teman saya yang sebelumnya pernah mendaki gunung Cikuray via Tapak Geurot, sesampai di Basecamp kami ngobrol sebentar, kemudian shalat isya karena saya belum shalat. Lalu dilanjut ngobrol dengan salah satu pendaki rombongan Cirebon berjumlah 3 orang, mereka terlambat turun karena sempat nyasar di perjalanan pos 3 menuju pos 2 beruntung pihak basecamp sigap mencari mereka dan di temukan sekitar pukul 20:00, alhasil mereka harus kembali bermalam di basecamp karena kondisi kelelahan.
Esoknya saya bersiap untuk melakukan perjalanan, karena solo hiking dan niat akan mendaki santai, saya kemudian memulai perjalanan pada pukul 10:00, biaya simaksi dari Tapak Geurot ini 20 ribu, bagi teman-teman yang tidak membawa alat camping, basecamp juga menyediakan penyewaan. Lanjtu ke cerita, dalam perjalanan saya sempatkan sarapan di salah satu rumah makan di Kampung Sukahurip, pemukiman di jalur sebelum menuju kawasan ladang sayur. Singkat cerita, pada pukul 11:30 saya sampai di pos 2, warung bapak Tosin, saya sempatkan istirahat dan shalat juhur sebelum saya lanjut perjalanan, setelah istirahat cukup dan kewajiban ditunaikan saya lanjutkan perjalanan.
Singkatnya dalam lanjutan perjalanan dari pos 2 menuju pos 3, saya sempat kebingungan jalur, dikarenakan masih ada signal, saya sempat berkomunikasi dengan pihak basecamp, saya hubungi Kang Bais yang sebelumnya kami kenalan dan bertukar nomor Handphone, dengan arahan Kang Bais sayapun melanjutkan perjalanan, namun selang beberapa waktu, diperkirakan 15 menit lagi sampai di pos 3, saya dihubungi dan ada sesuatu yang mengharuskan saya pulang.
Niat awal saya memang antara tektok atau camp di pos 3, karena pihak basecamp melarang pendaki untuk camp di puncak, bisa dikatakan saat itu dan beberapa hari kebelakang cuaca memang tidak baik, selalu banyak kabut dan badai. Awalnya jika sampai sebelum jam 14:00 di pos 3 saya lanjtukan ke puncak kemudian turun hari itu juga, jika dirasa terlalu malam, saya camp di pos 3 arah turun. Tapi rencana itu justru diluar prediksi.
Teman-teman mungkin pernah mengalami hal ini, apa yang menurut teman-teman harus diutamakan dalam mendaki gunung, tentunya Safety kan. Itu yang selama ini saya lakukan, karena sebelumnya saya pernah sedikit membaca tentang manajeman perjalanan, jadi itu saya lakukan, dari mulai packing, pemberangkatan hingga persediaan, semua dipenuhi sesuai kebutuhan.
Saya sesal pasti ada ketika kita belum mencapai puncak, saat itu saya bertarung dengan ego, antara lanjut atau pulang, waktu menunjukan pukul 13:30 yang artinya saya bisa sampai pos 3 sebelum pukul 14:00, saya mungkin bisa tektok ke puncak lalu camp di pos 3 arah turun, saya tidak membiasakan untuk turun atau naik di malam hari, jika saya mendaki via jalur baru, meskipun sebelumnya saya pernah ke Cikuray, tapi via Pamancar, artinya Tapak Geurot ini jalur baru bagi saya.
Setelah dilanda dilema dalam beberapa menit, sayapun kembali mengingat motto salah satu kegiatan yang pernah kami lakukan di organisasi Pramuka beberapa tahun lalu yang isinya adalah "Ragu-ragu kembali, tabah sampai akhir" sontak saya berpikir bahwa saat itu saya sedang dilema yang artinya ragu-ragu dan mengharuskan saya kembali, dikarenakan masih banyak waktu saat itu saya sempatkan memotret diri, karena kemanapun saya mendaki selalu berprinsip bahwa "tidak akan meninggalkan apapun kecuali jejak, dan tidak akan membawa apapun kecuali gambar" saya memotret menggunakan timer di hp saya, meskipun kada ke potong, kada blur, maklum. Namanya juga sendirian, setelah dapat 1 foto yang lumayan bagus, lalu saya kembali, dan menyempatkan mengobrol di pos 2 bersama bapak Tosin.
Karena saya hobby motret meskipun gambarnya jelek dan angel nya gak jelas, harap maklum bukan foto grafer. Wkwkwk. Disitu saya melihat bapak Tosin memetik cabai kemudian sata memotret sembari memberi arahan kepada Bapak Tosin, jadi Bapak Tosin saya jadikan model dadakan gaes. Dan tanpa diduga Bapak Tosin pun antusias jadi model Foto buruk saya, haha.
Setelah memotret saya memesan kopi ke Bapak Tosin, dan kami berbincang sambil ngopi.
Ada sesuatu yang unik yang belum saya ceritakan, saya kehilangan uang 5 ribu di kantong saya, jadi uang yang ada di kantong saya ada 8 ribu, 3 ribu logam dan 1 lembar 5 ribu. Ternyata ditemukan istri nya Pak Tosin, saya sempat disusul tapi mungkin sudah terlalu jauh, jadi Pak Tosin berencana mengembalikan uang itu ketika saya turun. Setengah tidak percaya, namun hal ini unik menurut saya. Bukan soal nilai uang, tapi nilai kearifan lokal yang begitu berharga yang namanya kejujuran masih terpelihara di Desa Sukahurip tersebut.
Singkatnya Kami mengobrol sambil ngopi, bersama Bapak Tosin, dan anaknya, saya lupa bertanya nama anak Bapak Tosin tersebut, tapi si Akang itu juga sosok luar biasa, pengemudi angkutan sayuran yang strong gaes, dia mengatar sayuran dari Dieng ke Jakarta hanya dalam waktu 30 jam, biasanya kan bisa 2 atau 3 malam dari Dieng ke Jakarta.
Saya lanjutkan obrolan saya dengan pak Tosin, disitu saya jadi tau, para petani sayuran di Sukahurip begitu terimbas luar biasa ketika COVID-19 ini mewabah, pak Tosin bercerita hampir 3 kali hasil panen kentang, kol, dan wortolnya harus terbuang karena membusuk tidak laku, bahkan kerugian yang dialami pak Tosin mencapai 112 Juta, bayangkan gaes betapa membahayakannya COVID-19 itu. Bukan hanya sekedar penyakit, mungkin semua sektor terimbas COVID-19 ini. Dan itu mungkin sebabnya Pemerintah membuat tim khusus tentang pemulihan ekonomi nasional.
Selang beberapa waktu datang rombongan remaja yang turun dari puncak, berjumlah 6 orang, para remaja itu berasal dari Bandung, Tasikmalaya, dan Garut mereka berteman dan berniat liburan mendaki gunung Cikuray. Tidak usah heran, begitulah memang pendakian, saya juga pernah kedatangan teman dari luar kota yang kemudian saya ajak mendaki ke Gunung Sanggabuana di Karawang, hal itu merupakan jamuan bagi teman dalam satu hobby mendaki gunung, selang beberapa menit datang lagi satu rombongan dari Garut dan Bogor, yah seperti yang diceritakan, tadi begitulah pendakian, bahkan ketika 2017 lalu saya main ke Garut pun dijamu dengan mendaki ke gunung Guntur.
Setelah lumayan lama, saya dan rombongan remaja 6 orang yang hendak turun tadi melanjutkan perjalanan turun menuju basecamp, singkatnya sampailah kami di basecamp, dan saya ketemu lagi dengan Kang Bais, kemudian saya packing, bersih-bersih dan ganti pakaian sebelum hendak pulang, Kang Bais bilang, "Gimana baiknya aja mang, Cukray gak kemana-mana kok." intinya saya bisa kembali ke Cikuray di lain waktu dan kesempatan. Lalu saya cari ojeg di gang basecamp menuju jalan raya dan dilanjutkan dengan naik elf menuju Cileunyi, karena waktu sudah malam, saya cari bus arah Jakarta dan turun di Rest area KM 42 di Wanasari Karawang, lalu saya naik ke atas jembatan jalan raya arah Loji dan menunggu jemputan dari saudara saya, sampailah saya tadi malam pukul 01:00 dirumah.
Ceritanya mungkin tidak berfaedah, ini bukan cerita horor seperti banyak podcast di Youtube, ini juga bukan cerita yang spesial seperti perjalanan dinas atau apapun. Mungkin dengan berbagi cerita seperti ini akan memberikan sedikit gambaran dan informasi kepada teman-teman yang hendak mendaki ke gunung Cikuray.